JAKARTA, NTBPOS.com - Hampir sembilan juta atau lebih dari sepertiga balita Indonesia mengalami stunting. Sementara untuk Negara di Asia Tenggara, Kamboja dan Timor Leste memiliki angka stunting lebih tinggi dari Indonesia.
Jika situasi ini dibiarkan, mereka bisa menjadi generasi yang hilang. Sebab, akibat stunting perkembangan otak dan fisik pada balita menjadi terhambat. Mereka juga rentan terhadap penyakit dan cenderung sulit berprestasi ketika dewasa nanti.
Oleh sebab itu, presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menargetkan pada tahun 2024 angka stunting ditekan hingga 14 persen.
Baca Juga: Pemkab Lombok Timur Cemaskan Tingginya Potensi Stunting dan Bahaya Susu Formula bagi Bayi Baru Lahir
Dikutip ntbpos.com dari p2ptm.kemkes.go.id, pada Rabu, 13 Juli 2022. Tahun 2014, angka stunting Indonesia 37 persen, tahun 2021 terakhir 24,4 persen, terjadi penurunan sangat drastis.
Usaha ini dilakukan Presiden karena pada tahun 2030, ekonomi Indonesia digadang masuk dalam lima besar. Bahkan, menjadi negara ke - 4 dengan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2050 nanti.
Sedangkan komposisi usia penduduk, pada tahun 2030 nanti, 70 persen penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun, atau berada dalam masa produktif.
Baca Juga: Penyuluhan Harus Digencarkan, Angka Stunting di Tiga Puskesmas Lombok Timur Hampir 40 Persen
Komposisi ini merupakan adalah bonus demografi. Usia produktif yang diperkirakan 180 juta jiwa digadang sebagai motor penggerak perekonomian nasional.
Artikel Terkait
Asal-muasal Kolam Renang Kesik Dinamakan Tirta Ratu
Tradisi Nunas Neda, Ritual Minta Hujan Warga Kesik
Menkeu Beberkan Upaya By Pass Pelayanan Digitalisasi di Semua Sektor, SBN Mampu Sentuh Kaum Millenial
Kementerian Desa Bantu Wisata Alam Desa Kesik 300 Juta
OPD Lingkup Pemkab Lombok Timur Masih Abaikan SP4N-LAPOR