
LOMBOK TIMUR - Puncak perayaan Hultah NWDI Ke-86 dilaksanakan secara virtual, ditengah kondisi pandemi ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, ribuan jamaah dari semua penjuru, sudah berdatangan ke lokasi Haul sejak 7 hari sebelum acara puncak.
Meski demikian, ribuan jama'ah maupun tamu undangan lainnya yang hadir bermajelis secara virtual, tetap semangat mengikuti dan mendengarkan serta memberikan Do'a kepada pendiri NWDI, Almagfurulahu TGKH. Muhammad Zainudin Abdul Madjid.
Pada kesempatan itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, Mahfud MD yang mengikuti Haul secara Virtual mengatakan, banyak hal yang dapat diteladani dari kepribadian dan kehidupan Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid.
Setidaknya ada empat catatan pendeknya tentang teladan yang dapat diambil dari kehidupan dan kepribadian Maulana Syaikh, diantaranya yang pertama menanamkan sikap optimisme.
“Beliau mengajarkan sikap optimisme, karena optimis dan semangat juang sangat diperlukan untuk mengembangkan diri untuk merubah keadaan, jika orang tidak memiliki semangat itu, tidak mungkin akan berhasil di dalam perjuangannya, seperti yang dicontohkan Maulana Syeikh dalam semangat belajar. Pada usia 15 tahun beliau berangkat ke Makkah untuk menuntut ilmu,” ungkapnya.
Sikap teladan kedua yang dapat diambil adalah menempatkan pendidikan sebagai syarat kemajuan ummat dan bangsa. Saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan diperlukan insan-insan terdidik maka demikian pula untuk mengisi kemerdekaan.
Selanjutnya yang ketiga adalah, menautkan antara spirit beragama dan spirit nasionalisme, tidak memperhadapkan antara identitas keagamaan dengan ke Indonesiaan. Keislaman dan ke Indonesiaan adalah satu kesatuan yang terintegrasi.
“Sebaliknya yang dicontohkan oleh beliau, adalah menjadikan islam sebagai basis lahirnya nasionalisme dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai rumah yang islami secara damai,” tuturnya.
Tauladan yang ke empat adalah Maulana syaikh selalu menggunakan pendekatan cultural yang damai dalam mengembangkan islam, tanpa merusak tatanan masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran islam.
“Pendekatan cultural tidak akan pernah melahirkan komplik penolakan, sebaliknya pendekatan ini telah mampu membuat nilai dan ajaran islam yang merekat sampai keakar budaya masyarakat kita ini, menyebar luas dan mendalam, hal inilah yang kita rasakan di Lombok,” ujar Mahfud. np