Limbah Batu Bara PLTU Sambelia Ancam Nasib Wisata Gili Lampu dan Warga Sekitar

- Kamis, 23 Maret 2023 | 17:58 WIB
Terlihat dermaga Tongkang Batu Bara PLTU sedang dibangun di kawasan Wisata Gili Lampu, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur.  (NTBPOS/UNRA)
Terlihat dermaga Tongkang Batu Bara PLTU sedang dibangun di kawasan Wisata Gili Lampu, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. (NTBPOS/UNRA)

LOMBOK TIMUR, NTBPOS.com - Limbah Batu Bara perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), di Kawasan Wisata Gili Lampu, Desa Padak Guar, Kecamatan Sambelia, mengancam kehidupan warga setempat. Sedikitnya ratusan KK menggantungkan hidup di kawasan tersebut akan digusur pihak perusahaan.

Wacana penggusuran itu, untuk melebarkan sayap para investor yang bergerak di bidang listrik. Sehingga, pribumi harus hengkang dari tempat tersebut.

Salah satu pengelola wisata Pulau Lampu, Bayu mengatakan dirinya bersama warga setempat tetap mempertahankan tanah yang memang hak mereka. Meskipun ditawarkan ganti rugi, kata dia, tidak akan pindah.

Baca Juga: Anak Usaha PLN Uji Coba Bahan Bakar Sampah di PLTU Lontar

"Ini tanah warisan orang tua kami dulu sebagai purna tugas angkatan darat, yang diberikan pemerintah," cetus Bayu, kepada media ini, Selasa 21 Maret 2023.

Dia mengungkap, CSR yang dijanjikan perusahaan kepada masyarakat tidak pernah diterima. "Boro - boro ganti rugi lahan, CSR yang dijanjikan saja tidak ada sampai saat ini," akuinya.

Cucu pejuang 45 ini memikirkan dampak limbah batu bara PLTU tersebut. Apalagi kata dia, satu perusahaan yang sama sedang di bangun sekarang ini.

Baca Juga: PLN Kembangkan Pemanfaatan Pelet Sampah untuk PLTU Jeranjang

Menurut Bayu, beberapa tahun kedepan, kawasan wisata Pulau Lampu akan sepi pengunjung. Ekosistem dalam laut akan tercemari limbah perusahaan.

"Air laut ini kalau kena kulit akan gatal. Siapa yang mau mandi kalau sudah begitu," ujar dia.

Salah satu pedagang juga menuturkan, dampak yang dirasakan semenjak adanya PLTU. Akibat asap mesin PLTU yang beroperasi, atap rumah dan dedaunan menjadi hitam.

Baca Juga: Gubernur NTB Diminta Tegas Mendorong Pembangunan PLTU Sumbawa

Tidak hanya itu, lahan pohon mangga miliknya yang biasa dijual hingga delapan juta satu kebun, kini bisa terjual hanya tiga juta. 

"Bagaimana lagi, mau mengadu kesiapa," tutur dia, disela menjajakan jualannya di pinggir pantai Gili Lampu.

Dia pun menyebut, mata pencaharian utama masyarakat adalah berdagang di kawasan wisata Gili Lampu. Selain itu bertani.

Halaman:

Editor: Acep Suherlan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X